Pemeriksaan Pelvis

Diposting oleh astriyani yurti zentha

PROYEKSI PELVIS OUTLET DAN INLET PADA PEMERIKSAAN TRAUMA PELVIS

A. AP Axial “ Outlet “ Projection (Untuk Tulang Pelvis Anterior / Inferior) : 
                                                     Taylor Method
Patologi yang ditampakkan : Proyeksi ini sangat bagus untuk memperlihatkan pubis bilateral, ischium pada fraktur pelvis dan displacement.
Faktor teknik :
·        kaset 24 x 30 cm melintang atau 30 x 35 cm (bontrager,2001) di RS Hasan Sadikin biasanya menggunakan kaset 35 x 43 cm.
·         Memakai Moving atau stationary grid
Shielding : Gonad shield dapat dipakai jika tidak menutupi organ penting dari pelvis.
Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan / brankard kepala diberi bantal supaya nyaman, kaki ekstensi dan supaya nyaman lutut diganjal dengan spon.
Posisi Obyek : MSP diatur di tengah meja pemeriksaan, pastikan tidak ada rotasi dari pelvis, SIAS kedua sisi berjarak sama dengan meja pemeriksaan , tengah kaset untuk proyeksi CR.

                     Gambar 1. AP axial proyeksi outlet, CR 40 ° cephalad
 
Central Ray :
·         Sudut sinar Cephalad 20 – 35 ° untuk laki-laki, dan 30 - 45 ° untuk female.
( Perbedaan sudut ini oleh karena perbedaan ketajaman antara pelvis laki – laki dan perempuan ).
·         Sinar langsung menuju titik tengah 1- 2 Inches ( 3 – 5 cm ) distal ke tepi superior Sympisis Pubis atau trochanter mayor.
·         SID / FFD : 100 cm (minimum)


                 Gambar 2. AP axial proyeksi outlet


Kolimasi : Pada keempat sisi daerah yang diperiksa .
Ekspos :  pada saat tahan nafas.


                     Gambar 3. AP axial proyeksi outlet

Kriteria radiografi :
Struktur yang tampak : Superior dan Inferior ramus pubis , body pubis, ramus ischium tampak dengan baik, dengan minimal superposisi.
Posisi : Tidak ada rotasi, foramen obtutator dan ischium bilateral bentuk dan ketajamannya sama.
Kolimasi dan CR : Penyudutan CR yang betul dibuktikan dengan minimalnya tulang pelvis anterior / inferior . Titik tengah sympisis joint seharusnya pada tengah lapangan penyinaran. Tepi lateral lapangan penyinaran memanjang pada kedua sisi head femoral dan acetabulum. Tepi Superior dan inferior lapangan penyinaran termasuk pada body dan superior ramus pubis dan ischial tuberosities.
Kriteria Eksposi : Body dan ramus pubis superior tampak baik tanpa over eksposi pada rami ischium. Tepi tulang dan trabekular marking tulang pubis dan ischium tampak tajam,
Tanpa ada indikasi gerakan. 


B. AP AXIAL “ INLET ” PROJECTION : PELVIS
Patologi yang ditampakkan :
Proyeksi axial dari pelvic ring ( rongga pelvis ) ini untuk menentukan trauma pelvis pada posterior displacement rotasi kedalam atau keluar dari pelvis anterior.
Faktor Teknik :
·         Kaset ukuran 30 x 35 cm atau 35 x 43 cm
·         Menggunakan Moving atau stationary grid.
Shielding : Gonad shield mungkin untuk pasien laki-laki jika tidak menutupi organ penting anatomi pelvis.
Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan / brankard kepala diberi bantal supaya nyaman, kaki ekstensi dan supaya nyaman lutut diganjal dengan spon.


          Gambar 4.  axial proyeksi outlet, CR 40 ° caudad tegak lurus pada bidang inlet


Posisi Obyek : MSP diatur di tengah meja pemeriksaan, pastikan tidak ada rotasi dari pelvis, SIAS kedua sisi berjarak sama dengan meja pemeriksaan ,tengah kaset untuk proyeksi CR.
Central Ray :
·         Sudut sinar Caudad 40 ° tagak lurus pada bidang inlet .
·         Sinar langsung pada titik garis tengah setinggi SIAS.
·         SID / FID minimum 100 cm.


            Gambar 5. AP axial proyeksi intlet

Kolimasi : Pada keempat sisi daerah yang diperiksa .
Ekspos :  pada saat tahan nafas.


                                 Gambar 6. AP axial proyeksi intlet


Kriteria radiografi :
Struktur yang tampak : Proyeksi ini menampakkan rongga pelvis atau inlet (superior aperture).
Posisi : Tidak ada rotasi, Tulang ischium tampak semua bentuk dan ketajamannya.
Kolimasi dan CR : Penyudutan dan centering  yang betul dibuktikan dengan superposisinya bagian anterior dan posterior pelvic inlet (rongga pelvis). Tengah pelvic inlet (rongga pelvis) seharusnya berada di tengah lapangan penyinaran. Tepi lateral lapangan penyinaran memanjang pada kedua sisi head femoral dan acetabulum. Tepi Superior dan inferior lapangan penyinaran termasuk pada ala  dan superior ramus pubis .
Kriteria Eksposi : Eksposi yang optimal menampakkan superposisi bagian anterior dan posterior rongga pelvis. Aspek lateral dari ala biasanya over eksposi. Tepi tulang dan trabekular marking tulang pubis dan ischium tampak tajam,Tanpa ada indikasi gerakan.

Sumber: http://caturrontgen.blogspot.com/2011/10/proyeksi-pelvis-outlet-dan-inlet-pada.html

Pemeriksaan Os.Cranium AP Lateral

Diposting oleh astriyani yurti zentha

TEKNIK RADIOGRAFI CRANIUM


nPROYEKSI AP

POSISI PASIEN

  • Pasien tidur pada posisi Supine di atas meja pemeriksaan, dengan MSP tubuh tepat pada Mid Line meja pemeriksaan.
  • nKepala diposisikan AP, dengan menempatkan :
  • nMSP kepala tegak lurus pada bidang film.
  • nOrbito Meatal Line (OML) tegak lurus dengan bidang film.
  • nPastikan tidak terjadi perputaran pada objek kepala
  • nLetakkan Marker yang sesuai R atau L nLakukan fiksasi bagian kepala dengan menggunakan spon dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan objek.
  • nAtur Central Ray Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
  • nAtur Central Point tepat pada Glabella atau pada Nasion, dengan memposisikan glabella atau nasion tepat dipertengahan bidang film.
  • nJika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi AP.
  • nSelesai eksposi lanjutkan proses pencucian film
n
KRITERIA GAMBARAN

  • nSeluruh kepala tampak pada proyeksi antero posterior, batas atas verteks, batas bawah simphysis menti, kedua sisi tidak terpotong
  • nKepala simetris, jarak batas orbita dengan lingkar kepala sama kiri dan kanan.
  • nTampak Sinus frontalis, maksilaris, sinus ethmoidalis, dan crista galli
  • nOs frontalis tampak jelas. nMarker R/L harus tervisualisasi.

PROYEKSI LATERAL
n
POSISI PASIEN

  • Pasien tidur pada posisi semi Prone di atas meja pemeriksaan, dengan MSP tubuh tepat pada Mid Line meja pemeriksaan.
  • nKepala diposisikan Lateral, dengan menempatkan :
  • nMSP kepala sejajar pada bidang film.
  • nInfra Orbito Meatal Line (IOML) sejajar dengan bidang film.
  • nInter Pupillary line (IPL) tegak lurus dengan bidang film
  • nLetakkan Marker yang sesuai R atau L
  • nLakukan fiksasi bagian kepala dengan menggunakan spon dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan objek.
  • nAtur Central Ray Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
  • n
  • nAtur Central Point tepat pada daerah 5 cm di atas Meatus Acusticus Externa (MAE), dengan memposisikan daerah tersebut tepat dipertengahan bidang film.
  • nJika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi Lateral.
  • nSelesai eksposi lanjutkan proses pencucian film

KRITERIA GAMBARAN

  • nSeluruh cranium lateral batas atas vertex, batas belakang os occipital, batas depan soft tissue hidung
  • nSella tursica tidak berotasi
  • nPCP & PCA , Dorsum sellae
  • nRamus mandibula superposisi
  • nMastoid superposisi
  • nMAE superposisi

PROYEKSI PAPOSISI PASIEN
  • nPasien tidur pada posisi Prone di atas meja pemeriksaan, dengan MSP tubuh tepat pada Mid Line meja pemeriksaan.
  • nKepala diposisikan PA, dengan menempatkan :
  • nDahi dan hidung menempel meja pemeriksaan
  • nMSP kepala tegak lurus pada bidang film.
  • nOrbito Meatal Line (OML) tegak lurus dengan bidang film.
  • nDagu diganjal dengan spon
  • nPastikan tidak terjadi perputaran pada objek kepala nLakukan fiksasi bagian kepala dengan menggunakan spon dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan objek
  • nAtur Central Ray Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
  • nAtur Central Point tepat pada Glabella atau pada Nasion, dengan memposisikan glabella atau nasion tepat dipertengahan bidang film.
  • nJika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi PA.
  • nSelesai eksposi lanjutkan proses pencucian film
KRITERIA GAMBARAN


  • nKeseluruhan cranium dengan batas atas vertex, batas bawah simphysis menti, bagian samping kanan dan kiri kepala tidak terpotong
  • nSinus frontalis, maksilaris, ethmoidalis
  • nDorsum sellae, PCA, bagian superior sinus ethmoidalis
  • nCrista galli
  • nLingkar orbita
  • nJarak batas lateral kepala simetris
  • nMarker R/L tervisualisasi       

Pemeriksaan Thorax

Diposting oleh astriyani yurti zentha

PEMERIKSAAN  RADIOGRAFI THORAX
Oleh: Mashari Ali Misri
Pemeriksaan Radiografi thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) bertujuan menggambarkan secara radiografi organ pernafasan yang terdapat di dalam rongga dada. Teknik radiografi thorax terdiri dari bermacam-macam posisi yang harus dipilih disesuaikan dengan inidikasi pemeriksaan, misalnya bronchitis kronis, KP, fleural effusion, pneumo thorax dan lain-lain.
Untuk menentukan posisi mana yang tepat, harus menyesuaikan antara tujuan pemeriksaan dengan kriteria foto yang dihasilkan.
Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-paru, jantung dan saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan gagal jantung kongestif sering terdiagnosis oleh foto thorax. CXR sering digunakan untuk skrining penyakit  paru yang terkait dengan pekerjaan di industri-industri seperti pertambangan dimana para pekerja terpapar oleh debu.

Secara umum kegunaan Foto thorax/CXR adalah :
– untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)
– untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax)               
– untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB)       
– untuk memeriksa keadaan jantung        
– untuk memeriksa keadaan paru-paru
Abnormalitas atau kelainan gambaran yang biasa terlihat dari CXR adalah :
1.   Nodule (daerah buram yang khas pada paru)
Biasanya disebabkan oleh neoplasma benign/malignan, granuloma (tuberculosis), infeksi (pneumoniae), vascular infarct, varix, wegener’s granulomatosis, rheumatoid arthritis.  Kecepatan pertumbuhan, kalsifikasi, bentuk dan tempat nodul bisa membantu dalam diagnosis. Nodul juga dapat multiple.
2.   Kavitas
Yaitu struktur lubang berdinding di dalam paru. Biasanya disebabkan oleh kanker, emboli paru, infeksi Staphyllococcus. aureus, tuberculosis, Klebsiella pneumoniae, bakteri anaerob dan jamur, dan wegener’s granulomatosis.
3.   Abnormalitas pleura.
Pleural adalah cairan yang berada diantara paru dan dinding thorax. Efusi pleura dapat terjadi pada kanker, sarcoid, connective tissue diseases dan lymphangioleiomyomatosis.
LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN FOTO THORAX
A.  PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN  
1.   Meja pemeriksaan
2.   Film, kaset
3.   Marker dan asesoris lain
4.   Pesawat Rontgen
B.   INDIKASI PEMERIKSAAN      
Indikasi dilakukannya foto toraks antara lain :
1.   Infeksi traktus respiratorius bawah, Misalnya : TBC Paru, bronkitis, Pneumonia
2.   Batuk kronis
3.   Batuk berdarah
4.   Trauma dada
5.   Tumor
6.  Nyeri dada
7.   Metastase neoplasma
8.   Penyakit paru akibat kerja
9.   Aspirasi benda asing

C.   PERSIAPAN PEMERIKSAAN      
1.     Mengidentifikasi klinis / indikasi pemeriksaan
2.   Memilih teknik radiografi yang tepat
3.   Memberikan instruksi kepada pasien
D.  POSISI PEMERIKSAAN
1.   Posisi PA (Postero Anterior)
Pada posisi ini film diletakkan di depan dada, siku ditarik kedepan supaya scapula tidak menutupi parenkim paru.
PA ViewPA radiograf
2.   Posisi AP (Antero Posterior)
Dilakukan pada anak-anak atau pada apsien yang tidak kooperatif. Film diletakkan dibawah punggung, biasanya scapula menutupi parenkim paru. Jantung juga terlihat lebih besar dari posisi PA.
3.   Posisi Lateral Dextra & Sinistra
Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa. Buatlah proyeksi lateral kiri kecuali semua tanda dan gejala klinis terdapat di sebelah kanan, maka dibuat proyeksi lateral kanan,berarti sebelah kanan terletak pada film. Foto juga dibuat dalam posisi berdiri.
Lat radiograf
4.   Posisi Lateral Dekubitus
Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu,yaitu bila klinis diduga ada cairan bebas dalam cavum pleura tetapi tidak terlihat pada foto PA atau lateral. Penderita berbaring pada satu sisi (kiri atau kanan). Film diletakkan di muka dada penderita dan diberikan sinar dari belakang arah horizontal.
5.   Posisi Apikal (Lordotik)
Hanya dibuat bila pada foto PA menunjukkan kemungkinan adanya kelainan pada daerah apex kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila ada kesulitan menginterpretasikan suatu lesi di apex.
6.   Posisi Oblique Iga
Hanya dibuat untuk kelainan-kelainan pada iga (misal pembengkakan lokal) atau bila terdapat nyeri lokal pada dada yang tidak bisa diterangkan sebabnya, dan hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa. Bahkan dengan foto oblique yang bagus pun, fraktur iga bisa tidak terlihat.
7.    Posisi Ekspirasi
Adalah foto toraks PA atau AP yang diambil pada waktu penderita dalam keadaan ekspirasi penuh. Hanya dibuat bila foto rutin gagal menunjukkan adanya pneumothorax yang diduga secara klinis atau suatu benda asing yang terinhalasi.
E.   PROSEDUR PEMERIKSAAN
1.   Memasang kaset dan memberikan marker
2.   Mengatur posisi pasien
3.   Mengatur jarak ( FFD),
4.   Menentukan Arah Sinar (CR) dan  Pusat Sinar (CP),
5.   Mengatur kolimasi Menentukan faktor eksposi dan proteksi radiasi
6.   Melakukan eksposi
7.   Melakukan processing film
8.   Mengevaluasi hasil foto

G. SYARAT / KRITERIA GAMBARAN  FOTO THORAX PA        
1. Seluruh lapangan paru tampak atau tercover
2. Batas atas Apex paru tampak (tidak terpotong)
3. Batas bawah Kedua Sinus Prenico costalis  tidak terpotong
4. Kedua Sterno Clavicular Joint tampak simetris kanan dan kiri
5. Lapangan Pulmo terbebas dari gambaran os. Scapula
6. Inspirasi penuh ditunjukkan dengan terlihatnya Costae 9-10 Posterior
7. Faktor Eksposi cukup ditunjukkan dengan terlihatnya CV Thoracal 1-4
8. Tampak  Carina (percabangan Bronkus) setinggi CV Thoracal 3 atau 4
9.  Tampak gambaran vaskularisasi paru10. Diafragma terlihat naik, tampak gambaran jantung

H.   MEMBEDAKAN KIRI DAN KANAN
1.   Gambaran jantung lebih besar di sebelah kiri
2.   Diafragma kanan lebih tinggi daripada diafragma kiri
3.   Arcus aorta di sebelah kiri
4.   Di sebelah kiri ada gambaran udara didalam lambung

Sumber: https://radiologitop.wordpress.com/2013/12/26/pemeriksaan-radiografi-thorax/

Pencucian Film Radiologi

Diposting oleh astriyani yurti zentha


9 September 2011

PENCUCIAN FILM RONTGEN

Tahapan pengolahan film secara utuh terdiri dari pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian (washing), dan pengeringan (drying).

1. Pembangkitan (developing)

Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan tampak. Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran tidak akan terjadi perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam penghitaman bagian-bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh film. Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film.

2. Pembilasan (rinsing)

Merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada waktu film dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan pembangkit akan terbawa pada permukaan film dan juga di dalam emulsi filmnya. Cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan pembangkit agar tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya. Cairan pembangkit yang tersisa masih memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan walaupun film telah dikeluarkan dari larutan pembangkit. Proses yang terjadi pada cairan pembilas yaitu memperlambat aksi pembangkitan dengan membuang cairan pembangkit dari permukaan film dengan cara merendamnya ke dalam air. Pembilasan ini harus dilakukan dengan air yang mengalir selama 5 detik.

3. Penetapan (fising)

Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa mengubah gambaran perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara mengubahnya menjadi perak komplek. Senyawa tersebut bersifat larut dalam air kemudian selanjutnya akan dihilangkan pada tahap pencucian. Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film.

4. Pencucian (washing)

Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan selalu dalam keadaan bersih.

5. Pengeringan (drying)

Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan artefak. Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi.

Sumber: http://ilmuradiologi.blogspot.com/2011/09/tahapan-pengolahan-film-secara-utuh.html

MANFAAT DAN BAHAYA SINAR X

Diposting oleh astriyani yurti zentha

Dalam ilmu kedokteran, sinar x dapat digunakan untuk melihat kondisi tulang, gigi serta organ tubuh yang lain tanpa melakukun pembedahan langsung pada tubuh pasien. Biasanya, masyarakat awam menyebutnya dengan sebutan ‘’FOTO RONTGEN’’. Selain bermanfaat, sinar x mempunyai efek/dampak yang sangat berbahaya bagi tubuh kita yaitu apabila di gunakan secara berlebihan maka akan dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya, misalnya kanker. Oleh sebab itu para dokter tidak menganjurkan terlalu sering memakai ‘’FOTO RONTGEN’’ secara berlebihan.

KERUGIAN SINAR X
Setelah Roentgen memperlihatkan hasil pemotretan dengan sinar-X terhadap tangan istrinya yang memakai cincin, dimana pada gambar tersebut terlihat dengan jelas ruas-ruas tulang jari tangannya, maka manusia mulai menyadari akan manfaat besar yang dapat diperoleh dari penemuan radiasi pengion tadi.
Pemanfaatan radiasi pengion dalam bidang kedokteran, terutama sinar-X, berkembang pesat beberapa saat setelah penemuan radiasi tersebut. Penguasaan pengetahuan mengenai radiasi pengion oleh umat manusia yang terus meningkat dari waktu ke waktu juga memungkinkan dimanfaatkannya radiasi tersebut dalam berbagai bidang kegiatan di luar kedokteran, di samping pemanfaatan-nya di dalam bidang kedokteran sendiri juga terus mengalami peningkatan.

Beberapa efek merugikan yang muncul pada tubuh manusia karena terpapari sinar-X dan gamma : segera teramati beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut. Efek merugikan tersebut berupa kerontokan rambut dan kerusakan kulit. Pada tahun 1897 di Amerika Serikat dilaporkan adanya 69 kasus kerusakan kulit yang disebabkan oleh sinar-X, sedang pada tahun 1902 angka yang dilaporkan meningkat menjadi 170 kasus. Pada tahun 1911 di Jerman juga dilaporkan adanya 94 kasus tumor yang disebabkan oleh sinar-X. Meskipun beberapa efek merugikan dari sinar-X dan gamma telah teramati, namun upaya perlindungan terhadap bahaya penyinaran sinar-X dan gamma belum terfikirkan. Marie Curie, penemu bahan radioaktif Po dan Ra meninggal pada tahun 1934 akibat terserang oleh leukemia. Penyakit tersebut besar kemungkinan akibat paparan radiasi karena seringnya beliau berhubungan dengan bahan-bahan radioaktif.

KEGUNAAN SINAR X
Pengobatan
• Sinar-X lembut digunakan untuk mengambil gambar foto yang dikenal sebagai radiograf. Sinar-X bisa menembus tubuh manusia tetapi diserap oleh bagian yang lebih padat seperti tulang. Gambar foto sinar-X digunakan untuk memperlihatkan kecacatan tulang, mengdeteksi tulang yang patah dan memperlihatkan keadaan organ-organ dalam tubuh.
• Sinar-X keras digunakan untuk memusnahkan sel-sel kanker. Cara ini dikenal sebagai radioterapi.

Perindustrian
Dalam bidang perindustrian, sinar-X digunakan untuk :
• mengetahui kecacatan dalam struktur binaan atau bagian-bagian dalam mesin dan engine.
• memperbaiki rekahan dalam pipa logam, dinding konkrit dan tekanan tinggi.
• memeriksa retakan dalam struktur plastik dan getah.

Penyelidikan
• Sinar-X digunakan untuk menyelidik struktur hablur dan jarak pemisahan antara atom-atom dalam suatu bahan hablur.

EFEK PENGUNAAN Sinar-X
Walaupun sinar-X sangat berguna kepada manusia, tetapi pennggunaan secara berlebihan kepada sinar-X mungkin menyebabkan :
• pemusnahan sel-sel dalam tubuh.
• perubahan struktur genetik suatu sel.
• penyakit kanser barah.
• kesan-kesan buruk seperti rambut rontok, kulit menjadi merah dan berbisul.







sumber: https://id-id.facebook.com/notes/kf-bumi-alam-semesta/manfaat-dan-bahaya-sinar-x/179529718779007